Rabu, 06 Januari 2010

Stop !!!, anak lari dari Blora

Stop !!!, anak lari dari Blora

Di Semarang ada anak dari Blora menjadi penjaga toko, di Rembang banyak anak dari Blora [gadis kecil] menjadi pelayan kedai kopi, di Pati ada anak dari Blora menjadi penyanyi karaoke [PK], di Sunan kuning ada anak dari Blora menjadi PSK, di jalan raya ada anak dari Blora menjadi pengamen dan pengemis dan masih banyak lagi anak-anak dari Blora yang menjadi apa2 di kota orang. Hal tersebut adalah sebagian dari potret anak-anak yang lari dari kota tercinta ini.

Kenapa bisa seperti itu, apakah memang dia diciptakan untuk hidup seperti itu, atau, apakah dunia yang diinginkan oleh anak tersebut seperti itu ???. itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang sudah kadaluwarsa, sekarang saatnya kita untuk bertindak, mengambil sikap [jawab yudi].

Rendahnya tingkat pendidikan dan lemahnya ekonomi orang tua merupakan faktor-faktor yang menentukan berhasil tidaknya pembinaan anak di kabupaten Blora ini. Karena rendahnya tingkat pendidikan orang tua, orang tua jadi kurang memahami bagaimana sebenarnya pola mendidik, memberikan bimbingan-bimbingan kepada anak yang baik dan benar, sedangkan lemahnya ekonomi orang tua dapat menyebabkan, perhatian, rasa kasih sayang, bimbingan, pendidikan yang seharusnya diberikan orang tua terhadap anak menjadi berkurang atau berjalan tidak maksimal.

Selain kedua faktor tersebut, mahalnya biaya pendidikan dan mahalnya transportasi adalah faktor yang paling menentukan berhasil tidaknya pembinaan anak di kabupaten Blora ini. Karena biaya sekolah mahal anak tidak bisa melanjutkan sekolah. Karena transportasinya mahal anak tidak bisa berangkat sekolah.

Kondisi semacam ini dapat menjadikan anak-anak tidak siap mental dan iman dalam menghadapi era globalisasi sehingga mengakibatkan anak-anak menjadi mudah terprovokasi dengan budaya-budaya, perilaku-perilaku dan gaya hidup yang tidak baik.

Malangnya nasib anak-anak Blora ini nampaknya tidak akan berubah dan akan selalu begitu, malah cenderung semakin banyak jumlahnya dari tahun ke tahun. Contoh kecil, di kabupaten Rembang, hari demi hari, bulan demi bulan, perkembangan anak-anak dari Blora yang dipekerjakan sebagai tenaga penjual kopi jumlahnya makin meningkat. hal ini bisa kita buktikan sendiri, coba saja kita pergi ke Rembang! [karena penulis tak punya data maka yang digunakan adalah gambaran saja].

Anak adalah aset, anak adalah calon pemimpin di waktu yang akan datang, maka pendidikannya, akhlaknya, keterampilannya harus kita perhatikan dan kita bina sejak dini, jangan kita biarkan mereka kelaparan, mengamen, menjadi pencandu dll., Kalau tidak ingin Blora ini tetap menjadi kota yang tertinggal, kota yang mati dll.

PENDIDIKAN GRATIS, PENGOBATAN GRATIS DAN TRANSPORTASI UNTUK ANAK SEKOLAH GRATIS disertai dengan pengoptimalan peranan madarasah-madarasah, pesantren-pesantren, panti asuhan, rumah baca, dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya [pendidikan nonformal] maka akan tercapailah cita-cita kita menjadi Blora yang bermartabat, Blora yang maju, Blora yang jaya. Takkan ada lagi anak-anak menjadi pengamen, penjual kopi, penjaga toko dll.

Untuk lebih konkret dan jelasnya, dapat anda buka di teras-teras toko terdekat atau hubungi saya pada jam-jam malam di stasiun TV swasta.

Viva cah mbloro
God bless you,
Amiin amiin amiin ....................................... amiin yaa robbal ‘alamiin.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

blorarisasi tenan iks....
semangat daerah yang besar...
mantaf...